Friday, September 2, 2011 | By: Luna Biru

Pertemuan dengan si pencakar rasa

Aku fikir aku akan 'mati' bila berjumpa dengan salah satu dari mereka. Tapi rupanya aku masih 'hidup' dengan baik-baik saja sampai sekarang.

Kuat benarkah aku?

Atau hatiku ini sudah jadi batu yang ampuh untuk luluh?

Atau degilku sudah mencapai raksa yang tak bisa kukuras lagi sisi baiknya?

Atau juga kerana aku sudah bosan jadi sampah di mata mereka?

Persetan!

Melati bilang Tuhan barangkali sengaja melewatkan permintaanku seminggu. Nah...sehari selepas tarikh luputku tamat,ternyata benar. Tuhan telah menemukan aku dengan si pencakar rasa di bawah satu bumbung.

Kalau memutuskan tali silatur-rahim itu dosa, maka dosalah milikku tadi bila tak sedikit pun aku memaling wajahku padanya. Kalau tidak menegur sapa saudara seislam itu terkesan nista, maka menistalah aku dalam sebuah perjuangan melawan sebuah rasa.

Tapi demiMu, Tuhan. Aku sudah lelah menjadi pendusta. Biarlah dosa ini kutanggung seumur sehidupku. Aku sudah pernah memeras air mata merayu maaf dari tangan mereka. Ternyata aku dibuang bagai sampah yang tidak berharga. Mana mungkinlah kurayu lagi maaf itu sedang aku sendiri punya harga diri untuk kupertahankan?

Yang baik datang dariMU, yang buruk jua datang dariku. 

0 comments:

Post a Comment