Juga rasa hormatku pada dia yang kugelar seorang sahabat, bahkan seorang guru. Guru yang banyak mengajarku erti hidup dan ketabahan. Guru yang sering menyampaikan ajarannya melalui bentuk penceritaan.
Ah...kemana guruku itu sekarang? Kenapa dia menghilang setelah dia memperkotak-katikkan sebuah keadaan? Kenapa aku jadi sasaran empuknya sedang aku tak pasti kapan jerat itu mula dipasang dan memerangkap aku? Oh...rupanya dia sudah ke laut....belajar pada ketam tentang cara untuk belajar lurus, sedang dia tidak tahu ketam itu sendiri mengutuki cara jalannya.
Nyatanya aku sudah salah berguru. Sudah salah memilih pendidik untuk mempelajari erti hidup. Bodohnya aku...
Apapun, terimakasih sebab pernah singgah dalam hidupku. Aku sudah biasa menjadi pelabuhan. Manusia memang mudah datang dan pergi dalam hidupku. Namun kehadiranmu, telah mencatat satu kenangan baik dalam hidupku. Setidaknya, kau pernah menjadi guruku. Pernah memanduku menjadi lebih tabah. Dan ajaranmu itulah yang akan kugunakan hari ini; untuk terus tabah, setabahnya dermaga yang dipukul ombak.
Tapi sungguh, aku bukan malaikat.
0 comments:
Post a Comment