Wednesday, November 2, 2011 | By: Luna Biru

Susulan Rindu? Maaf, aku tidak.

Ini adalah susulan dari kisah Rindu? Maaf, aku tidak.

Seperti yang aku rancang, maka aku sudah membalas si pengirim mesej rindu itu dengan kemarahan yang beradab mithali. Apa maksudnya dengan kemarahan yang beradab mithali? Maksudnya ialah, aku marah tanpa memaki dan melimitkan ayat-ayat yang berbentuk marah. Aku gantikan dengan kata-kata yang mungkin nampak cantik kalau dibaca tapi tentu saja bisa membuat si pengirim mesej itu terasa disindir.


Sebagai balasan pada smsku, dia (beliau) mula memberi penjelasan yang begitu panjang lebar sampai 4 mukasurat panjangnya. Dia mula menerangkan tentang rindu yang dimaksudkannya tidak lebih dari seorang kawan kepada kawan. Dan katanya lagi, aku tidak sepatutnya beranggapan buruk pada perkataan rindu yang diutusnya dalam sms sebelum itu.

Oh, mungkin sajalah. Tapi tolonglah ya. Aku bukan budak bodoh yang dikenalinya 25 tahun dulu. Come onlah. Kita dua manusia dewasa,right? Rasa rindu pada teman lama itu mungkin saja wajar. Sesekali diucap mungkin boleh saja diterima. Tapi kalau dalam setiap lembar sms diucapkan dalam bentuk yang sama dengan cara yang begitu memprovokasi, apakah maknanya? Mau test market? Mau tau kalau aku bagi respon positif, maka secara tidak rasminya terjalinlah sebuah hubungan sulit lewat dada maya? Tidak malukah menelefon isteri orang pada lewat malam semata-mata untuk mengatakan rindu? Tidak segankah mengirim sms jauh di tengah malam untuk membisik rindu? Bayangkan sajalah kalau isterinya yang menerima sms seperti itu? Bayangkan pula kalau suamiku adalah seorang pencemburu dan terbaca sms itu?

Boleh blahlah...

0 comments:

Post a Comment