Monday, November 18, 2013 | By: Luna Biru

ruas nasibnya

Arin ibarat telah bertemu buku dan ruas. Buku adalah dia dan ruas adalah nasibnya. Dia, yang telah berkelana dalam misi menggapai mimpi ternyata sudah jauh melangkah hingga lupa rumput yang dipijaknya. Dia mengenepikan segalanya dan merasa dia mampu terbang tanpa restu dan kasih sayang. Dia meminggirkan hati insan2 yang begitu menyintainya dan memuja keluarga baru yang memenuhi citarasanya.

Ah...bukankah remaja sama saja semuanya? Keluarga adalah musuh kekal, ibubapa bagi mereka adalah diktator dan rumah adalah penjara.

Dan aku bukanlah ibu kalau gagal memahami semua itu. Aku sudah dibesarkan dengan kekerasan, hukuman dan acuhan, maka aku tahu kalau semua itu tidak akan mampu menyentuh hati remaja yang sedang gila wahan. Namun beberapa kali percubaan selembut suteraku tidak juga berjaya menyingkap matanya. Sepasang matanya itu sudah serabun hatinya. Kabur dan kabut. Dia semakin sulit membezakan akal logik dan kata hati.

Maka doa segera kupanjat pada Tuhan dengan harapan Dia mahu segera menunaikan sebelum anakku itu makin jauh langkahnya. Cukup 24 jam, Tuhan memakbulkan doaku. Arin telah menerima pengajaran dari Tuhan setelah gagal diberi pelajaran oleh ibunya. Bukankah sudah kukatakan anakku? Lebih baik kau mendengarkan aku sebelum Tuhan dan alam menyahut permintaanku. Pengajaran dan teguran Allah itu selalu lebih bisa dari leteran seorang ibu...bahkan lebih menyakitkan dari acuhan hukum si bapa...!

Kasihan dia. Aku tahu dia kecewa. Pasti dia merasa segala usahanya dia2 belaka. Dia pasti merasa tidak dihargai, diacuhkan dan dipersenda. Aku tahu dia sudah banyak berkorban untuk sampai ke tahap ini, bahkan aku sendiri adalah korban terakhirnya.

Melihatnya kecewa hatiku bagai dihiris kaca. Tapi aku pasrah pada ketentuan Tuhan. Ibu si Tanggang tidak pernah berdoa agar anaknya menjadi batu. Dia hanya meminta agar Tuhan mahu membuktikannya. Keputusan menjadi batu adalah pilihan dari Allah sebagai menjawab doa si ibu.

Jadi, begitulah bentuk jawapan Allah pada doaku.

Ya Allah...janganlah Kau murka pada anakku atas kemarahanku. Amin...

0 comments:

Post a Comment