kita pun jadi masing-masing.
Hanyut mencari isolasi untuk mendakap rasional kembali.
Waktu pun sepi.
Membawa pergi bayang bertindih antara kau dan aku.
Lantas, saat hati sudah mulai kembali tersenyum,
aku mendengar lagumu mendesik di sukmaku.
Sumbang sekali bunyinya.
Tapi aku tahu itu memang kamu,
datang lagi bersama getar cinta yang kau bawa di bibir maaf.
Ah...bukan semuanya silapmu.
Aku juga bukan malaikat yang wajar menghakimimu
sedang aku sendiri punya setan dalam hatiku.
Persetan dengan setan yang meniup!
Aku menyintaimu lebih dari semesta duniaku.
Bukankah kita memang tercipta untuk saling menyatu?
Rusuk kirimu sudah kuambil satu, ada di dalam aku.
Mana mungkin bisa kupisahkannya lagi dariku.
Dan kau juga takkan bisa mengambilnya lagi diriku.
0 comments:
Post a Comment