Sunday, January 27, 2013 | By: Luna Biru

Catatan untuk Melati

Sudah lama aku ingin menulis entry ini khusus buat sahabatku, Melati. 

Setelah permohonan maafku ditolak dua kali, aku jadi malu untuk menghubunginya meski aku punya hutang budi yang belum terlangsai. 

November tahun lepas, Melati ada mengutus sesuatu di inboxku yang akhirnya kubiarkan sepi. Bukan tak sudi membalas tapi bagai kaki di kasut yang dipakai terlalu lama, maka hati itu pun bisa jadi berkematu. Bukan ego. Bukan juga merajuk. Cuma begitulah....tanpa alasan...kematu itu sudah terlanjur ada di situ. Biarlah aku hanya menjadi pembaca pasif blognya saja. Dia cuma perlukan seorang tembok, kan? Aku tak mampu menjadi tembok. Maka hanyalah inilah yang mampu aku lakukan. Keterlanjuran yang telah aku lakukan bukanlah perahu yang dapat kuundurkan lagi. 

Membaca blog Melati sejak akhir-akhir ini buat aku sedar kalau dia dihimpit sedih dan resah yang tidak terungkap oleh kata-kata. Malangnya aku tidak mampu lagi menjadi telinga yang mampu mendengar gulana gundahnya. Sesingkatnya (takut tersalah bicara lagi), aku hanya mahu Melati tahu bahawa aku sentiasa mendoakan kebahagiaan buat dia. Semoga dia tabah mengharungi dugaan dalam hidupnya. 

Amin.

0 comments:

Post a Comment