Tuesday, June 19, 2012 | By: Luna Biru

Perang sialan

Kau adalah gerila perjuangan yang
Membangkitkan hantu-hantu kenangan.
Kau dan prajuritmu berkeliaran saban detik
Bagai semut-semut hitam yang terus merayap.
Aku ingin sembunyi dan mati
Tapi matamu yang nyalang bagai helang
Terus menggeledah memperkosa takutku
Hingga jantungku kekeringan mengincar alasan untuk terus merasa kuat.

Aku adalah soldadu yang tewas sebelum bertempur
Telah kupakai perisai besi melindungi tubuhku
Telah kutabur belerang melindungi sarangku
Telah kuasah senjata melindungi kehormatanku
Namun kau terlalu bijak menyusun startegi
Hingga aku tak pernah mampu melakukan apa pun
Kecuali mengintai dari tembok ini.
Menunggu adalah harapan yang sia-sia
Kesempatan tak pernah ada dan harapan adalah pembunuh nyata
Tanpa kusedar anggotaku sudah rontok satu-persatu
Pelan-pelan, rupanya aku sudah mati.

Kini yang tinggal cuma kepalaku
Kepalaku itu memain tiap kenangan bagai putaran pita rosak yang mulai mengabur
Tiba-tiba aku tidak mengerti untuk apa pertempuran ini
Atau aku sudah gagal mengingat alasan yang telah
Mengheret kita ke dunia yang serakah ini
syukurlah kepala itu masih tersembunyi di balik perisai besi
supaya kau tak melihat betapa rapuhnya aku
supaya aku juga tak melihat betapa puasnya hatimu.

Segurat senyum masih tersisa dihujung bibirku yang memucat
Hanya itu saja yang ada untuk aku terus merasa tegap. 

0 comments:

Post a Comment