Friday, May 13, 2011 | By: Luna Biru

Sakastik


Saat kupost entry-entry sakastik mengenai 'persahabatan', aku menemukan gambar ini. Sebuah trauma menyusul menyentap sadarku.

Seorang sahabat* pernah memberikan gambar ini untukku dulu. Dia berkeras mengatakan aku seorang penipu, meski tak ku tahu dari sudut apa kutipu dia. Tapi yah...wajarlah dia berkata begitu. Kerana semuanya tiba-tiba punya saksi dan wali. Dia cuma mansuia biasa. Dia berhak memilih apa yang dia mahu percaya. Kalau aku di posisi dia, aku pun mungkin akan menjadi dia.

Eh...wajarkah aku memahami dia yang telah menggabung satu sekutu kecil untuk menghancurkan aku? 


Tidaklah.
Bukan aku memahaminya. Aku hanya kasihan padanya. Aku bersimpati pada lemahnya daya fikirnya. Ketidakmampuan itu menjadikan dia manusia yang tidak tahu menilai lagi.

Aku penipu?

Yah...katakanlah apa saja.
Suatu saat Tuhan akan membuka matamu, dan membiarkan kau melihat betapa besarnya penipuan sebenar di sekelilingmu. Tuhan itu juga akan membuka penipuanmu, hingga kau takkan mampu membela dirimu lagi. Bukankah itu yang telah kau berikan padaku? Ambillah kembali.

0 comments:

Post a Comment