pada bicara yang tak berkepala itu
lalu akhirnya diam menjadi penutup
meski tidak ada satupun
antara kita yang bisa
melarik satu kesimpulan yang sangat bererti.
Diam masih terus mencengkam
meski sudah kudengar bahasa jantungmu
berdetak tidak menentu
dan jantungku pun longlai hampir tak berbunyi
kulihat bayang kita berpelukan di dinding hitam
sedang hakikatnya kita terus di sini
dalam paku sunyi dan diam.
kepada waktu,
haruskah kita berserah?
0 comments:
Post a Comment