Lelah.
Itulah satu-satunya kata yang dapat aku gambarkan tentang rasa aku.
Lelah itupun menjemput air dalam mata untuk jadi tetamu sang pipi.
Tapi kita tidaklah mampu lama mengulit lelah selagi kita bergelar manusia dewasa. Seolah-olah lelah itu bukan milik kita yang sudah berakal waras ini. Wajah-wajah kecil dengan otak yang tak pernah matang melanga bawah hidung menuntut perhatian dan tanggungjawab.
Lalu lelah pun ketepilah. Pipi pun dikeringkan. Sisa maskara yang hitam di sekitar mata pun dibersihkan.
Tiada ruang untuk lelah di sini. Mendapkan saja ke dasar bumi.
Biar hancur.
Asal jangan kau yang hancur. Jangan aku. Jangan juga si otak kecil yang tak pernah matang.
p/s : Seminggu mengurus pertandingan futsal berakhir dengan berita separuh baik.
0 comments:
Post a Comment