Tapi keinginan itu bagai membelah-belah jantung membuat aku celaru dalam mencari makna.
Aku tahu aku belum layak menjadi tetamuNya. Namun setiap malam seluruh jiwaku bagai di seru-seru di atas langit mengurai seluruh air mata yang meremangkan tiap helai bulu roma.
Kalau sudah sampai waktunya, aku dijemput ke sana, kan kusahut jemputan itu dengan tangan yang merentang.
Terima kasih Allah...
1 comments:
Insya Allah... Amin.
Post a Comment